Baiknya keberislaman sesorang bisa dilihat dan diketahui diantaranya dari ucapannya. Satu waktu Rasulullah saw pernah ditanya: "Keislaman bagaimana yang utama? Beliau menjawab, siapa yang perkataan dan perbuatannya menjadikan orang Islam selamat (tidak terganggu). (HR. Bukhari dan Muslim). Betapa pentingnya menjaga lisan, ia diumpamakan bagi icon dari beragam amal perbuatan sesorang, Rasulullah bersabda: "Setiap kali manusia memasuki pagi hari maka seluruh anggota tubuh merendahkan lisan dan berkata kepadanya, takutlah kepada Allah dalam bersama kami, karena kami tergantung kepadamu, jika kamu baik kami ikut baik, dan jika kamu menyimpang maka kami juga menyimpang juga", (HR At-Tirmidzi).
Dalam hadits lain Rasulullah menegaskan diantara kesempurnaan iman dan Islam sesorang adalah menjaga lisan dari perkataan keji dan munkar. Sabdanya berbunyi, "Diantara sifat orang mukmin adalah ia menjaga lisannya dari membahas aib seseorang dan perkataan kotor". (HR, A Tirmidzi). Rasulullah juga bersabda, "Siapa yang beriman kepada Allah dan hari akhir , hendaknya ia berkata baik atau berdiam". (HR Bukhari dan Muslim).
Membiasakan berkata baik atau berdiam dari perkataan buruk menjadi sifat mukmin sejati. Sebaliknya, perkataan buruk memiliki efek dan tempat yang buruk dalam Islam. Perkataan yang mencela, mencaci, dan sejenisnya tidak hanya dibenci oleh manusia secara fital, tetapi juga disalahkan oleh Malaikat. Suatu waktu Rasulullah saw sedang berkumpul dengan bersama para sahabat , tiba-tiba datang seseorang yang mencaci Abu Bakar. Abu Bakar diam dan tidak merespon, Kemudian ia kembali mencaci, Abu Bakar tetap diam dan tidak merespon. Ketiga kalinya ia kembali mencaci, dan Abu Bakar meresponnya. Maka Rasulullah beranjak meninggalkan majelis. Abu Bakar mengikuti Rasulullah dan bertanya, "Apakah engkau marah kepadaku wahai Rasulullah? Rasulullah menjawab, "Malaikat telah turun dari langit, menyalahkan perkataan orang tadi, namun saat engkau mengomentarinya datanglah setan, dan aku tidak mendatangi tempat jika di sana setan hadir". (HR Abu Dawud).
Menjaga lisan menjadi perbuatan yang amat mulia dalam Islam. Karena siapa mampu menjaga lisannya, ia berpeluang besar mendapat jaminan rumah di Surga Allah SWT. Sahal bin Sa'ad meriwayatkan bahwa Rasulullah saw bersabda: "Barangsiapa yang menjamin untukku (menjaga) antara dua jenggotnya dan antara dua kakinya, niscaya aku jamin untuknya surga". (HR. Bukhari)
Sebagaimana hati, sejauh mana penjagaan dan pengendalian terhadap lisan, itu menjadi ukuran baik atau buruknya amal seseorang. Maka, antara hati dan lisan saling berkaitan dan mempengaruhi amal perbuatan. Rasulullah saw bersabda, "Tidak lurus iman seseorang hingga lurus hatinya, dan tidak lurus hati seseorang hingga lurus lisannya". (HR Ahmad).
Menjaga lisan berarti tidak berbicara atau mengungkap kecuali dengan hal yang baik, menjauhi perkataan buruk dan kotor, ghibah (menggosip), fitnah dan adu domba. Menjaga lisan merupakan perkara yang tidak boleh dianggap remeh, karena setiap manusia akan dimintai pertanggungjawaban atas lisannya. Dalam firman Allah berbunyi, "Tiada suatu ucapanpun yang diucapkannya melainkan ada di dekatnya malaikat pengawas yang selalu hadir". (QS. Qaaf: 18).
Artikel Terkait
Posted by 06:44 and have
0
komentar
, Published at
No comments:
Post a Comment